Jumat, 12 Juli 2013

Langkah-Lagkah Menajemen Kebidanan



LANGKAH-LANGKAH MANAJEMEN KEBIDANAN
    
Proses manajemen menurut Helen Varney ( 1997)
   Varney (1997) menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat-bidan pada awal 1970 an. Proses ini memperkenalkan sebuah metode dengan pengorganisasian pemikirn dan tindakan-tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan. Proses ini menguraikan bagaimana prilaku yang diharapkan dari pemberi asuhan. Proses manajemen ini bukan hanya terdiri dari pemikiran dan tindakan saja melainkan juga prilaku pada setiap langkah agar pelayanan yang komprehensif dan aman dapat tercapai. Dengan demikian proses manajemen harus mengikuti urutan yang logis dan memberikan pengertian yang menyatukan pengetahuan, hasil temuan, dan penilaian yang terpisah-pisah menjadi satu kesatuan yang berfokus pada manajemen klien.
  
   Proses manajemen terdiri dari 7 langkah yang berurutan dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh lankah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi, setiap langkah dapat diuraikan menjadi langkah-langkah yang lebih rinci dan ini bisa berubah sesuai dengan kebutuhan klien.
  
   Ada tujuh langkah Manajemen Kebidanan menurut Varney adalah:
  
   LANGKAH I (Pertama):  PENGUMPULAN DATA DASAR:
   Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu:
·         Riwayat kesehatan
·         Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya
·         Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
·         Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil study
  
   Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila klien mengalami komplikasi yang  perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi. Pada 
   keadaan tertentu dapat terjadi langkah pertama akan overlap dengan langkah ke 5 dan 6, karena data yang diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik lainnya. Kadang-kadang bidan perlu memulai manajemen dari langkah 4 untuk mendapatkan data dasar awal yang perlu disampaikan kepada dokter.

   LANGKAH II ( kedua): INTERPRETASI DATA DASAR
   Pada lankah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik.
   Kata masalah dan diagnosa keduanya digunakan, karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi sungguh membutuhkan penanganan yang  dituangkan kedalam sebuah rencana asuhan terhadap klien. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan pengarahan. Masalah ini sering menyertai diagnosa menyertai doagnosa. Sebagai contoh diperoleh diagnosa “kemungkinan wanita hamil”, dan masalah yang berhubungan dengan diagnosa ini adalah bahwa wanita tersebut mungkin tidak menginginkan kehamilannya.
   Contoh: wanita yang telah memasuki trimester ketiga merasa takut dengan proses persalinan yang sudah dekat waktunya, perasaan takut tersebut tidak termasuk dalam kategori “nomenklatur standar diagnosa”, tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa takut.

   LANGKAH III (ketiga): Mengidentifikasi diagnosa atau masalah Potensial
   Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi.
   Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman. Contoh: seorang wanita yang hamil pertama kali (primi gravida) tetapi letak janinnya tidak normal (misalnya: bayi letak sungsang) . Kemudian yang harus diantisipasi adalah terhadap kemungkinan kelahiran bayi tersebut kalau ingin dilahirkan pervaginam benar-benar harus dipertimbangkan besarnya janin dan ukuran panggul ibu, dan bidan juga harus bisa mengantisipasi ditakutkan pada waktu melahirkan kepalanya macet.

  LANGKAH IV (Empat):
   MENGIDENTIFIKASI DAN MENETAPKAN KEBUTUHAN YANG MEMERLUKAN PENANGANAN SEGERA
   Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien serta dapat merujuk sesuai kondisi klien.
   Langkah keempat mencerminkan kesinabungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen kebidanan bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
   Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan klien.

   LANGKAH KE V (Kelima): MERENCANAKAN ASUHAN MENYELURUH
   Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manjemen terhadap diagnosa atau maslah yang telah diidentifikasi atau diantasipasi, pada langkah ini informasi/ data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
   Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-ekonomi, kultural atau masalah psikologis.
  
Dengan perkataan lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien, agar dapat dilaksankan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksankannya.

Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien. Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan keadaan klien dan pengetahuan teori yang benar dan memadai atau berdasarkan suatu data dasar yang lengkap, dan bisa dianggap valid sehingga menghasilkan asuhan klien yang lengkap dan tidak berbahaya.

LANGKAH VI (KEENAM) : MELAKSANAKAN PERENCANAAN

Pada langkah ke enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksankan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya: memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemn yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu asuhan klien.

  LANGKAH VII  ( ketujuh) : EVALUASI

   Pada langkah ke VII ini dilakukan evaluasi efektif dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.

   Langkah-langkah proses manajemen pada umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis. Karena proses manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah yang terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja.

Kesimpulan:
   Proses manajemen kebidanan adalah  suatu urutan kerja yang dilakukan oleh bidan dengan memakai ke tujuh langkah Varney. Dengan dibuatnya urutan kerja yaitu dengan memakai langkah-langkah I sampai dengan VII, diharapkan bidan dapat melakukan tugasnya sesuai dengan standar kebidanan yang berlaku.










MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN ANTE NATAL

A.DEFINISI

   Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalahyang digunakan sebagai metode untuk mengorganisir pikiran serta tindakan berdasarkan teori yang ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan untuk mengambil keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 1997)
   Kehamilan merujuk saat yang menyenangkan dan dinanti-nantikan oleh ibu dan keluarganya. Semua ibu menginginkan kehamilan maupun persalinannya berjalan aman, lancar dan normal. Tetapi kehamilan dapat juga menjadi saat kegelisahan dan keprihatinan, hubungan yang serasi dan saling percaya harus dimiliki baik penolong maupun pasien.

B.TUJUAN

   Agar bidan mampu memberikan asuhan kebidanan yang adekuat, komprehensif dan berstandar pada ibu ante natal dengan memperhatikan riwayat ibu selama hamil ini, kebutuhan dan respon ibu serta mengidentifikasi penyakit-penyakit yang ada dan mengantisipasinya.

C. HASIL YANG DIHARAPKAN:
   Terlaksananya asuhan kebidanan yang bersifat rutin maupun segera pada st ibu hamil (trimester 1 s/d III ) meliputi pengkajian, membuat diagnosa kebidanan, mengidentifikasi masalah dan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta menyusun rencana asuhan dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.
   Masa kehamilan dibagi dalam 3 trimester:
·         Trimester I   : usia kehamilan sampai dengan 14 minggu
·         Trimester II  : kehamilan 14 minggu – 28 minggu
·         Trimester III : kehamilan 28 minggu – 40 minggu
Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu dan perubahan sosial didalam keluarga

D. I. Tujuan Asuhan Ante natal:
·         Memantau kemajuannkehamilan à memantau kesehatan ibu dan pertumbuhan janin
·         Mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial
·         Deteksi dini adanya ketidaknormalan
·         Mempersiapkan persalinan cukup bulan dan selamat baik ibu maupun bayinya
·         Agar masa nifas normal à ASI eksklusif
·         Mempersiapkan ibu dan keluarga setelah bayi lahir

II. Asuhan Ante Natal yang mungkin tidak bermanfaat bahkan merugikan:
·         Menimbang BB secara rutin
·         Penilaian tentang letak janin sebelum minggu ke- 36
·         Opname dan istirahat untuk kehamilan kembar
·         Membatasi kegiatan seksual selama hamil
·         Aspirin untuk mencegah eklampsia
·         Suplemen kalsium untuk kaki kram
·         Pembatasan gizi untuk mencegah pre eklampsi dan eklampsia
·         Pemberian diuritika untuk tekanan darah tinggi karena kehamilan
·         Mengurangi makan garam untuk mencegah Tekanan Darah Tinggi karena kehamilan.

III. Pemeriksaan Ante Natal:
      Paling sedikit 4 kali kunjungan:
  1. Satu kali pada trimester ke-I (pertama), Usia kehamilan dari mulai konsepsi sampai minggu ke- 14 , Informasi yang diberikan:
-          Menjalin hubungan dan saling percaya
-          Deteksi dini masalah dan menanganinya/penatalaksanaan
-          Pencegahan tetanusà TT, Anemia
-          Motivasi hidup sehat (gizi seimbang, hygiene, istirahat)

  1. Satu kali pada Trimester ke-2 (kedua), Usia kehamilan 14 – 28 minggu, informasi yang diberikan:
-          Informasi sama dengan diatas tetapi waspada terhadap pre eklampsia
-          Memulai Persiapan persalinan dan menghadapi komplikasi
-          Palpasi abdominal

  1. Dua kali pada Trimester ke-3 (ketiga), Usia kehamilan 28 – 40 minggu, Informasi yang diberikan:
-          Sama seperti diatas dan deteksi letak janin serta tanda-tanda abnormal lainnya.
-          Mempersiapkan diri untuk menghadapi persalinan

 STANDAR MINIMAL ASUHAN TERMASUK 7 T:
1.      Timbang Berat Badan
2.      Ukur Tekanan Darah
3.      Ukur tinggi Fundus Uteri
4.      Immunisasi TT
5.      Pemberian tablet Besi (minimum 90 tablet selama hamil)
6.      Test terhadap PMS
7.      Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan

E. Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal terdiri dari 7 langkah yang berurutan, dimulai dengan pengumpulan data dasar hingga evaluasi

LANGKAH TERSEBUT SEBAGAI BERIKUT:
 
I. Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk nilai keadaan pasien secara keselurhan.
  1. Anamnese:
    1. Biodata, data demografi
    2. Riwayat kesehatan termasuk faktor herediter(kecelakaan)
    3. Riwayat menstruasi
    4. Riwayat obstetri dan ginekologi, nifas dan laktasi
    5. Biopsikospiritual
    6. Pengetahuan pasien
  2. Pemeriksaan fisik( sesuai kebutuhan) dan tanda-tanda vital
  3. Pemeriksaan khusus
    1. Inspeksi
    2. Palpasi
    3. Auskltasi
    4. Perkusi
  4. Pemeriksaan penunjang
    1. Laboratorium
    2. Diagnostik lain, misalnya pemeriksaan USG
    3. Catatan terbaru atau sebelumnya
 
II. Interpretasi Data Dasar:
·         Identifikasi masalah diagnosa data/berdasarkan interpretasi yang benar dari data-data yang terkumpul
Diagnosa Kebidanan , yaitu:
Diagnosa yang ditegakkan oleh profesi (Bidan) dalam lingkup praktek Kebidanan dan memenuhi standar Nomenklatur (tata nama) diagnosa kebidanan

Standar Nomen Klatur Diagnosa Kebidanan:
-          Diakui dan telah disyahkan oleh profesi
-          Berhubungan langsung dengan praktis kebidanan
-          Memiliki ciri khas kebidanan
-          Didukung oleh Clinical Judgenment dalam praktek kebidanan
-          Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan

III.  Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial dan Mengantisipasi Penanganannya. Langkah ini Bidan mengidentifikasi masalah. Diagnosa potensial berdasarkan diagnosa masalah yang sudah teridentifikasi.
      Langkah ini penting dalam melakukan asuhan yang aman

IV. Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera atau Masalah Potensial.
         Baik untuk melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain  berdasarkan kondisi pasien

 

V.     Menyusun Rencana Asuhan Yang menyeluruh

         Langkah ini ditentukan hasil kajian pada langkah sebelumnya. Pada langkah ini jika ada informasi/ data yang tidak lengkap bisa dilengkapi dan bisa mencerminkan rasionalyang benar valid
         Pengetahuan teori yang salah atau tidak memadai atau suatu dasar yang tidak lengkap bisa dianggap valid dan akan menghasilkan asuhan pasien yang tidak cukup dan berbahaya.
        
VI.    Melaksanakan perencanaan
         Adalah lengkap pelaksanaanrencana asuhan menyeluruh seperti pada langkah ke-5. Langkah ini bisa dilakukan oleh seluruh bidan atau sebagian oleh wanita tersebut. Bila belum dikerjakan oleh orang lain bidan tetap memikul tanggung jawab tentang arah pelaksanaannya.

VII.   EVALUASI
Langkah ini sebagai pengecekan apakah rencana asuhan tersebut benar efektif dalam pelaksanaannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar