LANGKAH-LANGKAH MANAJEMEN
KEBIDANAN
Proses manajemen menurut Helen Varney ( 1997)
Varney (1997) menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan proses
pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat-bidan pada awal 1970 an. Proses
ini memperkenalkan sebuah metode dengan pengorganisasian pemikirn dan
tindakan-tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien
maupun bagi tenaga kesehatan. Proses ini menguraikan bagaimana prilaku yang
diharapkan dari pemberi asuhan. Proses manajemen ini bukan hanya terdiri dari
pemikiran dan tindakan saja melainkan juga prilaku pada setiap langkah agar
pelayanan yang komprehensif dan aman dapat tercapai. Dengan demikian proses
manajemen harus mengikuti urutan yang logis dan memberikan pengertian yang
menyatukan pengetahuan, hasil temuan, dan penilaian yang terpisah-pisah menjadi
satu kesatuan yang berfokus pada manajemen klien.
Proses manajemen terdiri dari 7 langkah yang
berurutan dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai
dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh lankah
tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam
situasi apapun. Akan tetapi, setiap langkah dapat diuraikan menjadi
langkah-langkah yang lebih rinci dan ini bisa berubah sesuai dengan kebutuhan
klien.
Ada
tujuh langkah Manajemen Kebidanan menurut Varney adalah:
LANGKAH
I (Pertama): PENGUMPULAN DATA DASAR:
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian
dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien
secara lengkap, yaitu:
·
Riwayat kesehatan
·
Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya
·
Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
·
Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil study
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua
informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila klien mengalami
komplikasi yang perlu dikonsultasikan
kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi. Pada
keadaan tertentu dapat terjadi langkah pertama
akan overlap dengan langkah ke 5 dan 6, karena data yang diperlukan diambil
dari hasil pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik lainnya.
Kadang-kadang bidan perlu memulai manajemen dari langkah 4 untuk mendapatkan
data dasar awal yang perlu disampaikan kepada dokter.
LANGKAH II ( kedua): INTERPRETASI
DATA DASAR
Pada lankah ini dilakukan identifikasi yang
benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang
telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa
yang spesifik.
Kata masalah dan diagnosa keduanya
digunakan, karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa
tetapi sungguh membutuhkan penanganan yang
dituangkan kedalam sebuah rencana asuhan terhadap klien. Masalah sering
berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan
pengarahan. Masalah ini sering menyertai diagnosa menyertai doagnosa. Sebagai
contoh diperoleh diagnosa “kemungkinan wanita hamil”, dan masalah yang
berhubungan dengan diagnosa ini adalah bahwa wanita tersebut mungkin tidak
menginginkan kehamilannya.
Contoh: wanita yang telah memasuki trimester
ketiga merasa takut dengan proses persalinan yang sudah dekat waktunya,
perasaan takut tersebut tidak termasuk dalam kategori “nomenklatur standar
diagnosa”, tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan
pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa
takut.
LANGKAH III (ketiga):
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi
masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa
yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan
dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi.
Pada langkah ini penting sekali melakukan
asuhan yang aman. Contoh: seorang wanita yang hamil pertama kali (primi
gravida) tetapi letak janinnya tidak normal (misalnya: bayi letak sungsang) .
Kemudian yang harus diantisipasi adalah terhadap kemungkinan kelahiran bayi
tersebut kalau ingin dilahirkan pervaginam benar-benar harus dipertimbangkan besarnya
janin dan ukuran panggul ibu, dan bidan juga harus bisa mengantisipasi
ditakutkan pada waktu melahirkan kepalanya macet.
LANGKAH
IV (Empat):
MENGIDENTIFIKASI DAN
MENETAPKAN KEBUTUHAN YANG MEMERLUKAN PENANGANAN SEGERA
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera
oleh bidan dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota
tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien serta dapat merujuk sesuai
kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinabungan
dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen kebidanan bukan hanya selama
asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita
tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam
persalinan.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita
mungkin akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim
kesehatan lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi atau seorang ahli perawatan
klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi
setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang
paling tepat dalam manajemen asuhan klien.
LANGKAH KE V (Kelima): MERENCANAKAN
ASUHAN MENYELURUH
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang
menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manjemen terhadap diagnosa atau maslah yang telah diidentifikasi
atau diantasipasi, pada langkah ini informasi/ data dasar yang tidak lengkap
dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya
meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap
masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap
wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah
dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada
masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-ekonomi, kultural atau masalah
psikologis.
Dengan perkataan lain,
asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan
semua aspek asuhan. Setiap rencana haruslah disetujui oleh kedua belah pihak,
yaitu oleh bidan dan klien, agar dapat dilaksankan dengan efektif karena klien
merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada
langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil
pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum
melaksankannya.
Semua keputusan yang
dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid
berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi
tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien. Rasional berarti tidak
berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan keadaan klien dan pengetahuan teori
yang benar dan memadai atau berdasarkan suatu data dasar yang lengkap, dan bisa
dianggap valid sehingga menghasilkan asuhan klien yang lengkap dan tidak
berbahaya.
LANGKAH VI (KEENAM) : MELAKSANAKAN PERENCANAAN
Pada langkah ke enam ini
rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksankan
secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan
atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota
tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul
tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya: memastikan agar
langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi dimana bidan
berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani klien yang mengalami komplikasi,
maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggung
jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.
Manajemn yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu
asuhan klien.
LANGKAH VII ( ketujuh) : EVALUASI
Pada langkah ke VII ini dilakukan evaluasi
efektif dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana
telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada
kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum
efektif.
Langkah-langkah proses manajemen pada
umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang
mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis. Karena proses
manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah yang
terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen
ini dievaluasi dalam tulisan saja.
Kesimpulan:
Proses manajemen kebidanan adalah suatu urutan kerja yang dilakukan oleh bidan
dengan memakai ke tujuh langkah Varney. Dengan dibuatnya urutan kerja yaitu
dengan memakai langkah-langkah I sampai dengan VII, diharapkan bidan dapat
melakukan tugasnya sesuai dengan standar kebidanan yang berlaku.
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN ANTE NATAL
A.DEFINISI
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan
masalahyang digunakan sebagai metode untuk mengorganisir pikiran serta tindakan
berdasarkan teori yang ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian
tahapan untuk mengambil keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 1997)
Kehamilan merujuk saat yang menyenangkan dan
dinanti-nantikan oleh ibu dan keluarganya. Semua ibu menginginkan kehamilan
maupun persalinannya berjalan aman, lancar dan normal. Tetapi kehamilan dapat
juga menjadi saat kegelisahan dan keprihatinan, hubungan yang serasi dan saling
percaya harus dimiliki baik penolong maupun pasien.
B.TUJUAN
Agar bidan mampu memberikan asuhan kebidanan
yang adekuat, komprehensif dan berstandar pada ibu ante natal dengan
memperhatikan riwayat ibu selama hamil ini, kebutuhan dan respon ibu serta
mengidentifikasi penyakit-penyakit yang ada dan mengantisipasinya.
C. HASIL YANG DIHARAPKAN:
Terlaksananya asuhan kebidanan yang bersifat
rutin maupun segera pada st ibu hamil (trimester 1 s/d III ) meliputi
pengkajian, membuat diagnosa kebidanan, mengidentifikasi masalah dan kebutuhan
terhadap tindakan segera, melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
serta menyusun rencana asuhan dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan
yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.
Masa kehamilan dibagi dalam 3
trimester:
·
Trimester I : usia kehamilan
sampai dengan 14 minggu
·
Trimester II : kehamilan 14 minggu
– 28 minggu
·
Trimester III : kehamilan 28 minggu – 40 minggu
Kehamilan melibatkan
perubahan fisik maupun emosional dari ibu dan perubahan sosial didalam keluarga
D. I. Tujuan Asuhan Ante natal:
·
Memantau kemajuannkehamilan à memantau kesehatan ibu dan pertumbuhan janin
·
Mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial
·
Deteksi dini adanya ketidaknormalan
·
Mempersiapkan persalinan cukup bulan dan selamat baik ibu maupun bayinya
·
Agar masa nifas normal à ASI eksklusif
·
Mempersiapkan ibu dan keluarga setelah bayi lahir
II. Asuhan Ante Natal yang mungkin tidak bermanfaat bahkan
merugikan:
·
Menimbang BB secara rutin
·
Penilaian tentang letak janin sebelum minggu ke- 36
·
Opname dan istirahat untuk kehamilan kembar
·
Membatasi kegiatan seksual selama hamil
·
Aspirin untuk mencegah eklampsia
·
Suplemen kalsium untuk kaki kram
·
Pembatasan gizi untuk mencegah pre eklampsi dan eklampsia
·
Pemberian diuritika untuk tekanan darah tinggi karena kehamilan
·
Mengurangi makan garam untuk mencegah Tekanan Darah Tinggi karena
kehamilan.
III. Pemeriksaan Ante Natal:
Paling sedikit 4 kali kunjungan:
- Satu kali pada trimester ke-I (pertama), Usia kehamilan dari mulai konsepsi sampai minggu ke- 14 , Informasi yang diberikan:
-
Menjalin hubungan dan saling percaya
-
Deteksi dini masalah dan menanganinya/penatalaksanaan
-
Pencegahan tetanusà TT, Anemia
-
Motivasi hidup sehat (gizi seimbang, hygiene, istirahat)
- Satu kali pada Trimester ke-2 (kedua), Usia kehamilan 14 – 28 minggu, informasi yang diberikan:
-
Informasi sama dengan diatas tetapi waspada terhadap pre eklampsia
-
Memulai Persiapan persalinan dan menghadapi komplikasi
-
Palpasi abdominal
- Dua kali pada Trimester ke-3 (ketiga), Usia kehamilan 28 – 40 minggu, Informasi yang diberikan:
-
Sama seperti diatas dan deteksi letak janin serta tanda-tanda abnormal
lainnya.
-
Mempersiapkan diri untuk menghadapi persalinan
STANDAR
MINIMAL ASUHAN TERMASUK 7 T:
1.
Timbang Berat Badan
2.
Ukur Tekanan Darah
3.
Ukur tinggi Fundus Uteri
4.
Immunisasi TT
5.
Pemberian tablet Besi (minimum 90 tablet selama hamil)
6.
Test terhadap PMS
7.
Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
E. Manajemen
Asuhan Kebidanan Antenatal terdiri dari 7 langkah yang berurutan, dimulai
dengan pengumpulan data dasar hingga evaluasi
LANGKAH TERSEBUT SEBAGAI BERIKUT:
I.
Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk nilai keadaan pasien secara
keselurhan.
- Anamnese:
- Biodata, data demografi
- Riwayat kesehatan termasuk faktor herediter(kecelakaan)
- Riwayat menstruasi
- Riwayat obstetri dan ginekologi, nifas dan laktasi
- Biopsikospiritual
- Pengetahuan pasien
- Pemeriksaan fisik( sesuai kebutuhan) dan tanda-tanda vital
- Pemeriksaan khusus
- Inspeksi
- Palpasi
- Auskltasi
- Perkusi
- Pemeriksaan penunjang
- Laboratorium
- Diagnostik lain, misalnya pemeriksaan USG
- Catatan terbaru atau sebelumnya
II. Interpretasi Data Dasar:
·
Identifikasi masalah diagnosa data/berdasarkan interpretasi yang benar
dari data-data yang terkumpul
Diagnosa Kebidanan ,
yaitu:
Diagnosa yang ditegakkan
oleh profesi (Bidan) dalam lingkup praktek Kebidanan dan memenuhi standar
Nomenklatur (tata nama) diagnosa kebidanan
Standar Nomen Klatur
Diagnosa Kebidanan:
-
Diakui dan telah disyahkan oleh profesi
-
Berhubungan langsung dengan praktis kebidanan
-
Memiliki ciri khas kebidanan
-
Didukung oleh Clinical Judgenment dalam praktek kebidanan
-
Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan
III. Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah
Potensial dan Mengantisipasi Penanganannya. Langkah ini Bidan mengidentifikasi
masalah. Diagnosa potensial berdasarkan diagnosa masalah yang sudah
teridentifikasi.
Langkah ini penting dalam melakukan asuhan yang aman
IV.
Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera atau Masalah Potensial.
Baik untuk melakukan konsultasi,
kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
berdasarkan kondisi pasien
V. Menyusun Rencana Asuhan Yang menyeluruh
Langkah ini ditentukan hasil kajian
pada langkah sebelumnya. Pada langkah ini jika ada informasi/ data yang tidak
lengkap bisa dilengkapi dan bisa mencerminkan rasionalyang benar valid
Pengetahuan teori yang salah atau
tidak memadai atau suatu dasar yang tidak lengkap bisa dianggap valid dan akan
menghasilkan asuhan pasien yang tidak cukup dan berbahaya.
VI. Melaksanakan perencanaan
Adalah lengkap pelaksanaanrencana
asuhan menyeluruh seperti pada langkah ke-5. Langkah ini bisa dilakukan oleh
seluruh bidan atau sebagian oleh wanita tersebut. Bila belum dikerjakan oleh
orang lain bidan tetap memikul tanggung jawab tentang arah pelaksanaannya.
VII. EVALUASI
Langkah ini sebagai
pengecekan apakah rencana asuhan tersebut benar efektif dalam pelaksanaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar